About

RSS
Container Icon

Gejala Penyakit Jantung Koroner

Gejala penyakit jantung koroner (PJK) perlu dikenali sejak dini, agar masyarakat dapat mencegah serangan PJK yang mengakibatkan kematian mendadak, kata dr Isman Firdaus, SpJP, FIHA dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI/RS Jantung Harapan Kita Jakarta, Rabu.

Dalam Seminar Peringatan Hari Jantung Sedunia yang diadakan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu, Isman mengatakan, gejala PJK bervariasi, namun yang sering timbul adalah sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam.

“Nyeri dada yang dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti ditusuk-tusuk, terbakar, tertimpa benda berat, disayat, panas. Nyeri dada dirasakan di dada kiri disertai penjalaran ke lengan kiri, nyeri di ulu hati, dada kanan, nyeri dada yang menembus hingga punggung, bahkan ke rahang dan leher,” katanya.

Selain gejala nyeri dada, juga terdapat tanda-tanda seperti jantung berdebar (denyut nadi cepat), keringat dingin, sesak nafas, cemas dan gelisah.

Isman menegaskan, PJK adalah penyakit yang disebabkan ketidakcukupan antara suplai koroner dan kebutuhan kardiomiosit akibat proses aterosklerosis yang menyumbat aliran darah koroner. Penyebab serangan jantung dan kematian mendadak berawal dari kerusakan endotel yang faktor risiko utamanya adalah karena merokok, penyakit kencing manis (diabetes melitus), tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi (dislipidemia), keturunan.

Menurut dia, pengobatan PJK adalah meningkatkan suplai (pemberian obat-obatan nitrat, antagonis kalsium) dan mengurangi demand (pemberian beta bloker), pemberian pengencer darah untuk mencegah pemebekuan darah seperti aspirin dan yang penting mengendalikan risiko utama seperti kadar gula darah bagi penderita kencing manis, optimalisasi tekanan darah, kontrol kolesterol dan berhenti merokok.

“Jika dengan pengobatan tidak dapat mengurangi keluhan sakit dada, maka harus dilakukan tindakan untuk membuka pembuluh koroner yang menyempit secara intervensi perkutan atau tindakan bedah pintas koroner (CABG). Intervensi perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan kateter halus yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk dilakukan balonisasi yang dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner,” katanya.

Sementara itu, dr Fiastuti Witjaksono, MS.SpGK dari Departemen ilmu Gizi FKUI, mengatakan, diet (perencanaan makan) berperan dalam pencegahan PJK, khususnya mengurangi risiko PJK yakni hiperkolesterolemia (kelebihan koleterol), hipertensi (tekanan darah tinggi) dan diabetes melitus.

“Diet terbagi atas 3 J yaitu Jumlah yakni jumlah kalori sesuai kebutuahn, Jadwal yakni waktu makan terjadwal dengan baik dan Jenis, yakni komposisi karbohidrat, protein dan lemak seimbang, nutrien spesifik terpenuhi,” katanya.

Jumlah kalori sesuai kebutuhan yaitu berat ideal (tinggi badan-100) dikalikan 1 kg atau berat idaman 90 persen dari (tinggi badan-100) dikalikan 1 kg, serta ukuran lingkar pinggang ideal bagi wanita kurang dari 80 cm dan pria kurang dari 90 cm. Kebutuhan kalori per hari badan gemuk 1300-1500 kalori, sedang 1700-2100 kalori dan kurus 2300-2500 kalori.

Seminar PJK tersebut juga menampilkan pakar penyakit dalam dan jantung FKUI, seperti dr Em Yunir, SpPD dan dr Rachmad Wisnu Hidayat, SpKO dan dimoderatori Guru Besar FKUI Prof Dr dr Sjamsuridjal Djauzi, SpPD, KAI.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Korqan Bekas Untuk Mengambil Emas dari Elektronika Bekas

Jangan buang koran bekas Anda karena siapa tahu bisa bermanfaat untuk memanen emas. Menurut ilmuwan Jepang, koran bekas merupakan salah satu bahan ramuan gel ramah lingkungan untuk memisahkan emas dari sampah elektronika.

Selama ini kita tahu bahwa komputer bekas, televisi, dan ponsel mengandung logam mulia pada sebagian komponennya. Namun, sampah dibiarkan begitu saja karena memisahkan logam yang diinginkan termasuk sulit. Seringkali membutuhkan zat kimia beracun yang dapat merusak lingkungan.

Dengan koran bekas, para ilmuwan dari Universitas Saga, Jepang tidak hanya membuat proses tersebut menjadi lebih mudah, namun juga murah dan ramah lingkungan. Tim ilmuwan yang dipimpin Katsutoshi Inoue menghancurkan koran bekas menjadi bubur dan membersihkannya dengan mencampurkan ke dalam cairan klorin. Bubur kertas tersebut kemudian dicampur dimethylamine (DMA) dan formaldehid sehingga membentuk senyawa dalam bentuk gel.

Kemudian, gel dikeringkan dan ditumbuk menjadi bubuk. Bubuk tersebut diuji untuk mengikat atau menyerap logam dari sampah elektronika yang biasanya telah dicairkan dengan asam hidroklorik.

Cairan beracun tersebut mengandung logam berat seperti tembaga, seng, dan besi yang masing-masing berkonsentrasi antara 190-840 bagian per mil. Namun, sekitar 250 bagian per mil adalah emas dan antara 11-16 bagian per mil adalah platina dan palladium.

Bubuk gel tersebut ternyata efektif memanen logam mulia. Senyawa gel mengikat sekitar 90 persen emas, platina, dan palladium, namun tembaga, seng, dan besi tidak terkat.

Kertas bekas menjadi komponen utama gel tersebut karena berasal dari kayu sehingga memiliki kandungan selulosa yang sangat tinggi. Sifat alami selulosa yang fleksibel memudahkan zat kimia menembus matrik larutan logam dan mengikatnya. Satu kilogram gel dapat mengikat 906 gram emas.

“Dan Anda dapat menggunakan gel itu kembali setelah memisahkan logamnya,” ujar Chaitanya Raj Adhikari, peneliti lainnya. Ia mengatakan belum dipastikan apakah kekuatannya mengikat logam mulia tetap. Selain itu, proses pengikatanya sangat lama. Untuk mengikat secara sempurna, gel harus dibiarkan pada larutan selama sekitar lima jam.

Hal tersebut mungkin kurang efektif jia dipakai pada skala industri. Namun, setidaknya temuan ini telah menjanjikan senyawa yang murah dan lebih ramah lingkungan untuk memanen logam-logam mulia dari sampah elektronika.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gurita dan Cumi-cumi Berkamuflase Ketika Menghadapi Musuh

Gurita spesies Japetella heathi dan cumi-cumi spesies Onychoteuthis banksii memiliki kemampuan kamuflase unik. Keduanya bisa berubah warna dari transparan menjadi merah buram dan sebaliknya untuk menghindari diri dari mangsa.

Sarah Zylinski, peneliti post doktoral di Duke University, Amerika Serikat adalah ilmuwan yang menemukan kemampuan unik 2 spesies itu. Ia melakukan eksperimen sejak tahun 2010 lalu dengan bantuan lampu LED untuk menguji kemampuan kamuflase gurita dan cumi tersebut.

Menurut Zylinski, dua spesies tersebut hidup di perairan laut pada kedalaman 600-920 meter. Di sana, penetrasi cahaya Matahari hampir tidak ada dan para predator berburu dengan melihat siluet dari organisme yang akan dimangsa.

Dalam kondisi gelap, J. heathi dan O. banskii tampil dalam wujud transparan. Dalam kondisi tersebut, hanya predator yang matanya tajam yang bisa melihat keduanya karena mata dan perutnya tidak bisa menjadi transparan.

Meski demikian, dua spesies hewan itu tetap berusaha tak terlihat sedikit pun. Mata dan perut berevolusi sehingga bersifat reflektif tidak menghasilkan siluet. Cara ini melindungi keduanya dari predator-predator bermata tajam.

Nah, satu-satunya musuh utama dan keadaan gelap adalah angler fish yang punya kemampuan bioluminescence. Mereka bisa mengeluarkan cahaya dan melihat keberadaan mangsa. Kalau J. heathi dan O. banskii terlihat, maka tak pelak lagi akan dimakan.

Tapi, untuk mengatasinya, J. heathi dan O. banskii masih punya pertahanan terakhir. Keduanya bisa berubah warna menjadi merah buram sehingga tidak terdeteksi. Diketahui bahwa perubahan menjadi warna merah dimungkinkan karena memiliki pigmen bernama kromatofor.

Dikutip Daily Mail, Jumat (11/11/2011), Zylinski mengatakan, “Hewan yang lebih muda ditemukan di kolom air yang lebih tinggi dan punya lebih sedikit kromatofor sehingga lebih cenderung berwarna transparan.”

Sementara itu, hewan yang dewasa berada di lingkungan lebih dalam sehingga lebih cenderung berwarna merah buram. Kecenderungan tersebut menurut Zylinski masuk akal sebab di lingkungan dalam, bioluminescence adalah sumber cahaya utama.

Hasil penelitian Zylinski menunjukkan hewan laut memiliki beragam cara pintar untuk mempertahankan diri dari predator. Kamuflase spesies gurita dan cumi ini menunjukkan bahwa kebanyakan organisme laut cenderung memilih tidak terlihat di mata predator daripada memiliki warna mencolok untuk menakuti.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Alat Tambal Ban Portable

Arifuddin menunggangi sepeda motornya membelah aspal Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari Surabaya, tujuannya ke Yogyakarta, sejauh 267 kilometer, mengunjungi teman. Tiba-tiba ban belakangnya ogel-ogelan karena kehabisan udara. “Kena paku,” ujarnya. Celingak-celinguk mencari bantuan, hanya gelap yang ia dapati. Sendirian di tengah malam, dia menuntun Honda Megapro, yang berbobot lebih dari 100 kilogram, melewati hamparan sawah serta kebun sampai keringat mengucur deras dan napasnya “Senin-Kamis”. Lajang 23 tahun ini memutuskan bermalam di sebuah pom bensin, baru meneruskan misi mencari tukang tambal ban keesokan harinya.

Dia ingin melupakan pengalaman pahit tahun lalu itu. Bersama dua rekannya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, dia menciptakan mesin tambal ban elektrik, yang dinamai Tab-Trik Portable. “Konsepnya sangat sederhana,” ujar Arifuddin kepada Tempo pekan lalu. Komponen utamanya adalah pemanas dari baja tahan karat atau stainless steel bergaris tengah lima sentimeter. Seperti di tukang tambal ban, pemanas berguna merekatkan tambalan pada karet ban. Daya panas datang dari listrik. Mahasiswa asal Jepara, Jawa Tengah, ini memasang dua kabel, lengkap dengan pentolannya, sehingga pengguna bisa memilih sumber setrum-dari colokan rumah atau aki sepeda motor. Dari aki berdaya 5 ampere dan 12 volt, inverter mengubah setrum DC jadi AC.

Panas berasal dari lilitan kawat pemanas solder, yang menghasilkan suhu 150 derajat Celsius pada lempengan baja. Arus listrik yang masuk juga melewati unit pengatur waktu, yang mati dalam 13 menit. “Kurang dari itu tambalan tidak merekat maksimal. Tapi, kalau lebih, ban bisa meleleh,” kata mahasiswa jurusan teknik elektro tingkat akhir itu.

Arifuddin, Rizal Daus, 26 tahun, dan Sugianor, 22 tahun, merancang alat ini tahun lalu. Rekan satu rumah kos di Jalan Arif Rahman Hakim, Keputih, Surabaya, ini mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa yang diadakan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional pada Oktober 2010. Arifuddin dkk. termasuk di antara 5.000 kelompok yang terpilih mendapat dana penelitian. Pada April lalu, mereka kebagian Rp 6 juta untuk mewujudkan rancangannya.

Karena konsepnya sudah matang, tiga sekawan itu tak menemui banyak kesulitan. Bongkar-pasang dilakukan di laboratorium. Kadang dilanjutkan di tempat kos, yang hanya berjarak sepelemparan batu dari kampus. Mereka mengaku kesulitan membentuk casing dari aklirik. Desain beberapa kali berubah untuk menyesuaikan pembungkus dengan jeroannya. Hampir sebulan, mesin tercipta. Berbentuk kotak berukuran sepuluh sentimeter persegi, dilengkapi laci imut untuk menyimpan lem, karet penambal, pembuka pentil ban, dan aluminium foil.

Belum sempurna memang. Dosen pembimbing mereka, Joko Susila, mengatakan tampilan perangkat itu masih acakadut. “Desainnya masih perlu diperhalus,” kata pengajar teknik pengaturan ini.

Tab-Trik Portable ibarat kios tambal ban yang bisa dibawa ke mana-mana. Tapi ini tak akan berguna tanpa mekaniknya. Karena tidak bisa diwakili mesin, penambalan mesti dipelajari dan dikerjakan sendiri. Ibaratnya belajar jadi abang tambal ban. Menurut Arifuddin, menambal ban bukan perkara sulit. “Lihat saja, banyak anak kecil yang jadi tukang tambal ban,” katanya.

Arifuddin dkk. telah menyiapkan cara ganti ban dalam manual book alatnya. Ban kempis karena ban dalam sobek biasanya terkena benda tajam. Setelah menghentikan sepeda motor di tempat terang dan aman, hal yang harus dilakukan adalah membuka sekrup pentil dan melepaskan ban luar dari pelek. Permukaan ban dalam yang sobek dibersihkan, lalu bubuhi lem, klep penambal, dan alumunium foil. Nah, mulailah Tab-Trik bekerja. Setelah alat tersebut dicolokkan ke listrik atau aki, bagian yang akan ditambal ditempelkan pada lempeng baja pemanas, lalu ditutup. Tiga belas menit kemudian, tambalan akan melekat sempurna, dan ban siap digunakan kembali, setelah dipompa tentunya.

Menurut Arifuddin, orang awam butuh 30 menit untuk mengerjakan itu. Hampir sama dengan waktu menambal ban di kios pinggir jalan. Ini dengan catatan tidak ada antrean.

Mesin itu menelan modal sekitar Rp 250 ribu. Bagian terbesar adalah membeli inverter, yakni Rp 100 ribu. Arifuddin memperkirakan biayanya bisa ditekan jika alat itu diproduksi massal, menjadi sekitar Rp 150 ribu. Dia berencana mematenkan karyanya tersebut ke Kantor Hak Kekayaan Intelektual di Tangerang, Banten. “Tapi, urung karena belum ada duit,” katanya sembari nyengir. Menurut dia, untuk pendaftaran saja butuh Rp 1 juta.

Dengan ukuran mungil, Tab-Trik bisa masuk di hampir semua bagasi sepeda motor, juga ransel. Ditambah pompa dan besi pencungkil ban berukuran 15 sentimeter, mesin ini bisa jadi perangkat wajib untuk sepeda motor, layaknya ban cadangan dan dongkrak untuk mobil, terutama untuk perjalanan jauh. Dengan mesin ini, Arifuddin dkk. sudah mengucapkan selamat tinggal kepada tukang tambal ban.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cacing Enteropneusts Mampu Hidup di Laut Sampai Kedalaman 4 Km

Ilmuwan mempelajari spesies cacing dari laut dalam yang secara ilmiah disebut enteropneusts. Spesies tersebut memiliki kenampakan unik mirip dengan biji pohon ek sehingga dijuluki cacing acorn.

Mulanya, cacing ini diduga hidup di wilayah laut dangkal. Namun, observasi pada tahun 1965 menunjukkan, jenis cacing tersebut hidup di wilayah laut sedalam hampir 4 km. Upaya mempelajari jenis cacing ini dimulai sejak tahun 2000 lalu hingga saat ini. Hingga kini, mereka berhasil melakukan 498 observasi untuk mempelajari cacing itu.

Observasi dilakukan dengan kendaraan laut dalam di Monterey Bay Aquarium Research Institute dan National Oceanography Center di Southamptom, Inggris. Dalam observasi yang dipimpin Karen Osborn dari Smithsonian Institute di Amerika Serikat, video tentang cacing acorn telah diperoleh. Tak cuma itu, sembilan spesies baru juga ditemukan.

Seperti diuraikan di LiveScience, Selasa (15/11/2011), hasil paling menarik dari studi adalah cara cacing bergerak. Cacing diketahui memiliki cara yang unik untuk menambah berat dirinya, hampir serupa dengan sistem kapal selam.

Saat makan di dasar laut, cacing ini diketahui juga menelan pasir dan sedimen hingga memenuhi perutnya. Ini untuk menjaga agar badannya lebih berat dan bisa bertahan di dasar laut.

Sementara saat ingin bergerak, cacing mengeluarkan semua pasir dan sedimen. Kemudian mereka berusaha mengangkat diri beberapa sentimeter hingga 20 meter di atas laut. Setelah itu, mereka memanfaatkan arus untuk bergerak.

Pemanfaatan arus membuat cacing bisa bermigrasi ke wilayah jauh, bahkan hingga wilayah laut dangkal tanpa banyak mengeluarkan energi. Hasil studi ini dipublikasikan di Proceeding of the Royal Society B.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

7 Keajaiban di Planet Mars

Mars dikenal sebagai “bintang api” oleh astronom kuno China. Peneliti masa kini sering menyebutnya sebagai planet merah.

Meskipun puluhan wahana ruang angkasa telah dikirimkan ke Mars, masih banyak hal yang menjadi teka-teki dan memunculkan pertanyaan mengenai planet tersebut. Inilah beberapa misteri Planet Mars yang menarik disimak, seiring dengan rencana NASA meluncurkan wahananya, Mars Science Laboratory Curiosity, ke sana pada 25 November mendatang.

1. Mengapa Mars memiliki dua wajah berbeda?

Para peneliti sejak lama bertanya-tanya mengapa dua sisi Planet Mars memiliki perbedaan yang mencolok? Belahan utara Mars bisa dikatakan datar dan berupa dataran rendah, bahkan termasuk salah satu permukaan paling datar, paling halus di tata surya. Kondisi itu barangkali terbentuk oleh air yang diduga pernah mengalir di permukaan planet merah.

Sementara itu, kebalikannya, belahan selatan Mars memiliki permukaan yang terjal, berkawah, dan sekitar 4 km hingga 8 km lebih tinggi dibanding belahan utara. Bukti-bukti terkini memunculkan perkiraan bahwa perbedaan antara sisi utara dan selatan Mars itu diakibatkan oleh batu raksasa dari ruang angkasa yang menghantam Mars pada masa lalu.

2. Dari mana asal gas metana di Mars?

Metana—molekul organik paling sederhana—pertama kali ditemukan di atmosfer Mars oleh wahana Mars Express milik Badan Antariksa Eropa pada tahun 2003. Di Bumi, sebagian besar gas metana di atmosfer dihasilkan oleh makhluk hidup. Gas metana diduga sudah ada di atmosfer Mars sejak 300 tahun lalu. Artinya, apa pun sumbernya, keberadaan gas tersebut belum lama.

Meski begitu, gas metana bisa juga muncul di luar kehidupan, seperti misalnya dari aktivitas vulkanik. Wahana ExoMars milik ESA yang akan diluncurkan pada 2016 bakal meneliti komposisi kimia atmosfer Mars dan mempelajari keberadaan metana di sana.

3. Di manakah lautan Mars?

Banyak misi ke Mars menemukan bukti-bukti bahwa planet tersebut pernah memiliki kondisi cukup hangat sehingga air tidak membeku dan bisa mengalir di permukaannya. Bukti-bukti itu antara lain berupa wilayah yang seperti bekas lautan, jaringan-jaringan lembah, delta-delta sungai, dan sisa-sisa mineral yang seolah terbentuk oleh air.

Meski begitu, pemodelan iklim Mars belum bisa menjelaskan bagaimana temperatur hangat itu bisa terjadi, mengingat cahaya Matahari jauh lebih lemah dahulu. Ada dugaan, bentuk-bentuk di atas terbentuk bukan oleh air, melainkan oleh angin atau mekanisme lain. Namun masih tetap ada bukti bahwa Mars pernah cukup hangat untuk mendukung keberadaan air dalam bentuk cair, setidaknya di satu tempat di permukaannya.

4. Apakah ada air mengalir di permukaan Mars saat ini?

Meski sebagian besar bukti menunjukkan bahwa air pernah mengalir di permukaan Mars, masih menjadi teka-teki apakah masih ada air yang mengalir di permukaan planet tersebut saat ini. Tekanan atmosfer Mars terlalu rendah, sekitar satu per seratus tekanan di Bumi sehingga air sulit berada di permukaannya. Namun ada jalur gelap dan sempit di lereng-lereng Mars yang memunculkan dugaan bahwa ada air yang mengalir tiap musim semi.

5. Apakah ada kehidupan di Mars?

Wahana pertama yang berhasil mendarat di Mars, Viking 1 milik NASA, memunculkan teka-teki yang masih misterius saat ini: Adakah bukti kehidupan di Mars? Viking adalah wahana yang secara khusus ditugaskan untuk mencari kehidupan di Mars, dan apa yang ditemukan masih menjadi perdebatan hingga hari ini. Wahana itu telah menemukan adanya molekul organik seperti metil klorida dan dichloromethane. Walau demikian, senyawa-senyawa itu bisa jadi merupakan kontaminasi dari Bumi yang terbawa saat wahana bersiap meluncur di Bumi.

Permukaan Mars sendiri sangat tidak bersahabat bagi makhluk hidup dalam hal suhu yang sangat rendah, radiasi, kondisi kering, dan faktor-faktor lain. Walau begitu, ada makhluk-makhluk hidup yang bisa bertahan di lingkungan ekstrem di Bumi, seperti di Lembah Kering Antartika yang dingin dan kering, atau wilayah amat kering di Gurun Atacama di Cile.

Secara teori, selalu ada kehidupan, seperti ada air dalam bentuk cair di Bumi. Kemungkinan pernah adanya lautan di Mars memunculkan pertanyaan apakah pernah ada kehidupan di sana. Bila ada, apakah sampai saat ini makhluk-makhluk hidup itu tetap eksis? Jawaban atas pertanyaan itu mungkin membantu memberikan sedikit pencerahan terhadap pertanyaan seberapa umumkah kehidupan di jagat raya.

6. Apakah kehidupan di Bumi berawal dari Mars?

Meteorit yang ditemukan di Antartika dan berasal dari Mars—terlempar dari planet merah akibat tabrakan kosmis—memiliki struktur serupa dengan batuan yang dihasilkan mikroba di Bumi. Meski penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa struktur itu terbentuk karena proses kimia dan bukan biologi, perdebatan mengenai Mars sebagai asal-usul kehidupan di Bumi masih berlanjut. Beberapa orang masih memegang teori bahwa kehidupan di Bumi berasal dari Mars, dan terbawa ke Bumi bersama meteorit.

7. Bisakah manusia hidup di Mars?

Untuk menjawab apakah kehidupan pernah ada atau masih ada di Mars, barangkali manusia perlu pergi ke sana dan mencarinya sendiri.

Pada tahun 1969, NASA pernah merencanakan misi berawak ke Mars pada tahun 1981 dan membangun stasiun permanen di sana tahun 1988. Namun perjalanan antarplanet itu ternyata menghadapi tantangan ilmiah dan teknologi yang tidak kecil.

Para ilmuwan harus mengatasi berbagai masalah perjalanan antarplanet, seperti makanan, air, oksigen, efek gravitasi mikro, kemungkinan radiasi yang berbahaya, dan kenyataan bahwa astronot yang pergi ke sana akan berada jutaan kilometer dari Bumi sehingga tidak mudah untuk mendapat bantuan bila terjadi sesuatu. Selain itu, mendarat, bekerja, dan hidup di planet lain lalu kembali ke Bumi bukan perkara mudah.

Meski begitu, banyak peneliti yang ingin melakukan misi itu. Tahun ini, enam sukarelawan hidup terisolasi seolah sedang berada dalam wahana ruang angkasa selama 520 hari dalam proyek yang disebut Mars500. Simulasi penerbangan ruang angkasa terlama ini bertujuan untuk meniru perjalanan ke Mars.

Banyak sukarelawan bahkan bersedia diterbangkan ke Mars meski kemungkinan tidak bisa kembali. Berbagai rencana juga dibuat, misalnya dengan mengirimkan mikroba pemakan batu terlebih dahulu, sebelum manusia didatangkan. Teka-teki mengenai apakah manusia akan pernah menjejakkan kaki ke Mars memang masih tergantung pada alasan, mengapa kita harus mencoba menjelajahi planet merah itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bulan Berwarna Darah Selama 100 Menit

Pengamat angkasa (BMG) Inggris mengharapakan langit cerah malam ini sehingga bisa melihat fenomena gerhana bulan penuh paling lama sejak 2000.

Fenomena itu akan mengubah warna bulan menjadi merah darah selama 100 menit atau selama masa gerhana bulan menjadi penuh.

Namun NASA memperingatkan Eropa akan kehilangan fenomena awal gerhana bulan itu karena “fenomena itu terjadi sebelum moonrise.”

Gerhana akan terjadi pada 06.24pm (BST/British Summer Time) dan berakhir pada tengah malam, tetapi matahari belum terbenam di Inggris sampai pukul 09:19pm.

Orang-orang di sebelah timur Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah dan Australia Barat akan menikmati fenomena tersebut. Namun, mereka yang tinggal di AS akan kehilangan fenomena itu karena terjadi pada siang hari.

Biasanya, Bulan diterangi Matahari. Selama gerhana bulan, Bumi, Matahari dan Bulan berada di garis dan bayangan Bumi bergerak melintasi permukaan bulan purnama.

Sinar matahari yang melewati atmosfer bumi membuat bulan tampak merah, coklat atau hitam.

Peredaran bulan ke posisi yang sama setiap bulan, tetapi kemiringan orbit bulan berarti biasanya bulan melewati atas atau di bawah bayangan terestrial. Hal itu berarti bulan purnama terlihat tetapi tidak terjadi gerhana, demikian dikutip dari Daily Mail yang dilaporkan Antara.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan Masih Menyatu Sampai 416 M

Para ahli telah bersepakat bahwa Pulau Jawa dengan Sumatera dulu menyatu. Bersama Kalimantan, kemudian membentuk dataran yang disebut Sunda Besar. Pemisahan Jawa dan Sumatera diyakini adalah akibat gerakan lempeng Bumi, walaupun tak sedikit yang berpendapat bahwa letusan Gunung Krakatau sebagai penyebab pemisahan ini.

Pendapat yang mendukung pemisahan Jawa dan Sumatera karena letusan Krakatau biasanya mengacu pada Pustaka Raja Purwa, yang ditulis pujangga Jawa, Ronggowarsito, pada tahun 1869. Dalam buku ini dikisahkan, letusan Gunung Kapi—yang belakangan diidentifikasi sebagai Gunung Krakatau—menjadi penyebab pemisahan Pulau Jawa dan Sumatera. Peristiwa ini disebutkan terjadi pada tahun 416 Masehi.

Peneliti dari Los Alamos National Laboratory (New Mexico), Ken Wohletz, termasuk yang mendukung tentang kemungkinan letusan besar Krakatau purba hingga memisahkan Pulau Jawa dan Sumatera. Dia membuat simulasi tentang skenario letusan super. Namun, berbeda dengan Ronggowarsito, Ken menyebutkan, letusan itu kemungkinan terjadi puluhan ribu tahun lalu.

Melalui penanggalan karbon dan radioaktif, para ahli geologi memastikan bahwa Krakatau pernah beberapa kali meletus hebat. “Sepertinya pembentukan Selat Sunda tidak mungkin karena sebuah letusan tunggal besar, seperti ditulis dalam legenda (Pustaka Raja Purwa) itu. Setidaknya ada dua periode letusan besar di Krakatau, tetapi itu sekitar ratusan bahkan ribuan tahun lalu, tidak pada tahun 416 Masehi,” sebut Zeilinga de Boer dan Donald Theodore Sannders dalam Volcanoes in Human History, 2002.

Walaupun pencatatan Ronggowarsito tentang waktu letusan masa lalu Krakatau diragukan ketepatannya, pujangga ini barangkali benar soal “pemisahan” Pulau Jawa dengan Sumatera yang berkaitan erat dengan letusan Krakatau. Namun, pemisahan Jawa dan Sumatera sepertinya bukan karena letusan Krakatau. Sebaliknya, Krakatau terbentuk karena pemisahan kedua pulau ini sebagai produk gerakan tektonik di dalam Bumi.

Geolog dari Museum Geologi, Indyo Pratomo, mengatakan, pemisahan Jawa dan Sumatera terjadi karena gerakan tektonik. ”Pulau Jawa dan Sumatera bergerak dengan kecepatan dan arah yang berbeda akibat tumbukan lempeng Indo-Australia ke Euro-Asia. Perbedaan ini menyebabkan terbukanya celah di dalam Bumi,” kata Indyo.

Sebagaimana Indyo, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono juga meyakini proses tektoniklah yang membentuk Krakatau. Pulau Jawa, menurut Surono, bergerak ke arah timur dengan kecepatan sekitar 5 sentimeter (cm) per tahun, sedangkan Pulau Sumatera bergerak ke arah timur laut dengan kecepatan 7 cm per tahun. Proses ini menyebabkan Pulau Sumatera bergerak ke arah utara dan meninggalkan Pulau Jawa sehingga membuka kerak Bumi di Selat Sunda.

Sejauh ini, Sumatera telah berputar sekitar 40 derajat dibandingkan Jawa. Jelle Zeilinga dan Donald Theodore menyebutkan, separuh dari putaran ini terjadi dalam waktu dua juta tahun. Perputaran ini menyebabkan adanya perenggangan di antara dua pulau, menjadi jalan bagi batu yang meleleh, atau magma, untuk keluar di sepanjang zona rekahan Krakatau, sehingga membentuk tubuh gunung ini dari dasar laut.

Penyaluran energi

Surono mengatakan, letusan gunung api pada prinsipnya terjadi sebagai bentuk penyaluran energi dari bawah Bumi yang dikumpulkan oleh gerakan lempeng Bumi. Selain berupa letusan gunung api, energi ini juga bisa dilepaskan dalam bentuk gempa bumi.

“Letusan gunung api dan gempa bumi biasanya saling mengisi,” katanya. Di Sumatera, energi dari gerakan lempeng lebih banyak disalurkan dalam bentuk tingginya intensitas gempa di sepanjang Sesar Besar Sumatera. “Kondisi ini menyebabkan di Sumatera tidak ada lagi letusan gunung api yang berskala besar.”

Letusan supervolcano Toba yang mengubah Bumi, terakhir terjadi sekitar 74.000 tahun lalu. “Saat itu, mungkin sesar besar Sumatera kondisinya tidak seaktif sekarang sehingga akumulasi energinya dilepaskan dalam bentuk letusan gunung api Toba,” kata Surono.

Sebaliknya, di Pulau Jawa, intensitas gempa darat relatif sedikit dibandingkan Sumatera. Namun, letusan gunung apinya relatif lebih sering. “Energi yang dikumpulkan dari tumbukan lempeng kebanyakan disalurkan dalam bentuk letusan gunung karena sesar darat di Jawa tidak ada yang besar,” katanya.

Bagaimana dengan Krakatau yang berada di antara dua sistem geologi Jawa dan Sumatera yang berbeda ini?

Krakatau yang berada di titik engsel antara Pulau Jawa dan Sumatera menjadi unik. Ditambah lagi dengan keberadaan lautan yang mengelilingi pulau gunung api ini, Krakatau menjadi sangat berbahaya. Jika terjadi kebocoran dan air laut menembus ke dalam Bumi hingga mendekati kantong magma yang mendidih, letusan besar bisa terjadi. Padahal, jika terjadi letusan besar, kemungkinan terjadinya tsunami juga sangat tinggi.

Kemunculan kembali Anak Krakatau dari dalam laut pada tahun 1930-an, setelah letusan besar pada Agustus 1883 dan menghancurkan nyaris seluruh tubuh pulau gunung api ini, menandakan aktivitas tektonik yang menyuplai magma terus terjadi. Akankah Anak Krakatau menjadi seperti “ibunya” yang meletus hebat, mengirim tsunami besar sehingga menewaskan lebih dari 36.000 jiwa?

Geolog dan juga penulis buku populer, Simon Winchester (2003), menyebutkan, proses-proses yang mengarah pada kejadian petaka tahun 1883 tidak bisa dihentikan. Selama proses subduksi atau penunjaman lempeng masih terjadi, selama itu pula pasokan energi dan magma ke Krakatau masih akan terus terkumpul.

Masalahnya, kita tidak akan pernah tahu kapan dan seberapa kuat gunung api akan meletus. “Kalau ada alat yang dapat meramalkan letusan gunung api akan saya beli semua. Termasuk penjualnya,” Surono berkelakar. “Kita tidak bisa melawan alam. Akan tetapi, yang bisa dilakukan adalah bagaimana kita membangun sistem mitigasi bencana yang kuat dan menyiapkan masyarakat untuk terus waspada,” lanjutnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Peluncuran Mobil Sport Listrik Berkecepatan 392 mph

Produsen mobil listrik asal Palo Alto, California, Amerika Serikat, Tesla Motors, menjual 150 ribu unit Roadster bertenaga setrum besutannya di 30 negara lebih. Menurut pabrikan itu, Tesla menyumbang penghematan bahan bakar hingga 500 ribu galon atau sekitar 1,9 juta liter.

artinya keberadaan mobil tersebut telah menyumbang mengurangi emisi CO2 setara 5,3 juta kilogram. “Kami telah berhutang kepada pengendara Roadster di seluruh dunia karena menjadi pionir pengguna kendaraan listrik,” kata Elon Musk, pendiri sekaligus Kepala Eksekutif Tesla Motors dalam autoevolution.com, Selasa 29 Maret.

Tesla pertama kali meluncurkan Roadster pada 2008. Mobil sport merupakan mobil bertenaga setrum murn. Jika terisi baterai penuh, Roadster mampu melesat hingga 392 kilometer per jam (kpj). Adapun sprint atau kecepatan gerak dari 0 – 100 kpj dicapai hanya dalam tempo 3,7 detik.

Musk menambahkan produknya terbukti sebagai kendaraan kelas dunia. “praktis dan menyenangkan,”katanya.

Oktober 2010, saham Tesla dibeli Toyota senilai US$ 50 juta atau sekitar Rp 445,2 miliar. Toyota juga berinvestasi US$ 60 juta atau sekitar Rp 534,24 miliar untuk pengembangan Crossover Toyota RAV4 dengan teknologi listrik milik Tesla.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Penemuan Kuda Nil Warna Pink

Ini bukan kuda nil yang sedang kasmaran atau sedang kena demam hari Valentine. Kuda nil ini ditemukan di Taman Nasional Masai Mara, Kenya. Will dan Matt Burrard-Lucas yang mengunjungi taman itu mengabadikannya.

“Penunjuk jalan kami menceritakan bahwa mereka mendengar rumor ada kuda nil langka,” kata Will, petualang berusia 26 tahun itu. Tapi, sang penunjuk jalan tak pernah melihat kuda nil tersebut.

Mereka pun coba mencari tahu dengan masuk ke taman nasinal itu. Suatu pagi saat mereka sedang berhenti untuk sarapan di dekat Sungai Mara. Tiba-tiba mereka dikejutkan pemandangan ajaib: sebuah kuda nil berwarna pink muncul.

Dua bersaudara itu pun kaget. Mereka mengamati dengan seksama, ternyata kuda nil itu bukan albino. Dia hanya mengalami hal yang disebut leucistic. Ini adalah keadaan dimana pigmentasi atau warna dari binatang itu berkurang.

Hewan yang mengalami leucistic umumnya tidak bisa bertahan di alam liar karena mereka gampang terlihat oleh musuh-musuh mereka. Tapi, kuda nil ini bisa bertahan hidup karena tubuhnya cukup besar untuk menangkis penyerang. Dia juga menggunakan keringat sebagai tabir surya.

“Kuda nil pink ini sangat pemalu. Dia juga masih muda. Selalu ingin dekat dengan ibunya,” kata Will.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Followers