Setiap manusia memiliki waktu yang sama dalam hidupnya: 24 jam dalam sehari semalam, 7 hari dalam satu pekan, dan 12 bulan dalam satu tahun. Kepandaian setiap orang dalam memanfaatkan jatah waktu itulah yang akan membedakannya dari orang lain. Ada orang dalam 24 jam-nya mampu melakukan 100 kebaikan, sementara itu ada pula orang yang dengan 24 jam-nya hanya mampu melakukan 10 kebaikan atau bahkan tidak melakukan kebaikan sama sekali. Ada orang-orang yang dalam kesehariannya memiliki produktivitas sampai 100 % dan ada pula orang-orang yang dalam kesehariannya hanya mampu memiliki produktivitas tidak lebih dari 10%.
Mengapa bisa demikian?
Jawabannya adalah pemanfaatan waktu. Siapa yang paling pandai memanfaatkan waktunya, dialah yang akan memiliki produktivitas paling tinggi.
Diantara kepiawaian memanfaatkan waktu adalah kepandaian dalam memanfaatkan waktu luang. Setiap hari kita pasti memiliki waktu luang. Waktu luang itu bisa berupa waktu yang betul-betul luang atau tidak ada agenda yang kita miliki ketika itu. Bisa jadi pula waktu luang yang berasal dari alokasi waktu yang terlalu banyak untuk suatu hal yang tidak bermanfaat, seperti tidur dan bersantai-santai.
Mengapa ada orang yang bisa sampai merasa tidak punya agenda pada suatu waktu?
Mengapa ada orang yang suatu ketika jadi bertanya pada dirinya sendiri: “Mau ngapain ya aku sekarang?” atau “Enaknya ngapain ya aku sekarang?” ?
Mungkinn sebabnya adalah karena yang bersangkutan kurang bagus dalam me-manage waktunya sendiri. Seandainya dia me-list segala hal yang mestinya dia lakukan, kemudian mengurutkannya berdasarkan prioritas. Saya yakin alokasi waktu yang ada tidak akan cukup menampung semua hal yang telah ia list tadi. Ini artinya mau tidak mau ia harus memangkas beberapa hal yang berada urutan paling bawah, yang bisa jadi masih bisa dilakukan pada kesempatan yang lain.
Melihat kenyataan ini, jika ada orang yang pada suatu kesempatan masih sempat merasa bahwa ia tidak punya agenda maka sudah pasti permasalahannya adalah ketidakmampuannya dalam merencanakan agenda. Untuk menyiasati hal ini, sangatlah baik jika setiap orang menyempatkan beberapa saat dari waktunya untuk membuat perencanaan aktivitas. Bila perlu, catatlah perenanaan aktivitas tersebut secara detail. Cara ini cukup handal dalam me-manage diri kita untuk bisa optimal dalam pemanfaatan waktu.
Ada lagi fenomena lain dari ketidakmampuan seorang memanfaatkan waktu, yaitu ketika melihat orang0orang yang menghabiskan sekian lama dari waktunya untuk halhal yang tidak jelas manfaatnya. Contohnya: ngobrol kesana kemari sambil leyeh-leyeh, tidur terlalu banyak, berjam-jam main game, berjam-jam nonton televisi, dan sebagainya. Barangkali hal-hal seperti inilah yang sangat sering menjadi penyebab habisnya waktu yang kita miliki, tanpa kita sadari. Tidak jarang kita menemui orang-orang yang mengeluh, “Waduh, saya tidak punya waktu nih.” Bahkan saya pun pernah mengalaminya (hhe..:p). Ada lagi orang-orang yang kehilangan waktunya karena ia terlalu boros dalam penggunaan waktu. Yang saya maksud dengan boros disini adalah tidak efisien. Contohnya, menghabiskan waktu 4 jam untuk sebuah rapat yang semestinya bisa dilakukan selama 1 jam. Rapatnya menjadi berlarut-larut karena masing-masing berangkat menuju rapat dengan pikiran kosong, atau karena metode pembahasannya terlalu bertele-tele dan tidak efisien, atau karena terlalu banyak canda dan tawa didalamnya, atau terlalu banyak debat dan usulan-usulan yang tidak perlu, atau karena sebab-sebab inefisiensi lainnya.
Ketidakpandaian memanfaatkan waktu luang pada dasarnya adalah BOM WAKTU. Jika seseorang tidak bisa memanfaatkan waktu-waktu luangnya untuk menyelesaikan kewajiban-kewajibannya, maka ia harus bersiap-siap menemui suatu waktu dimana kewajiban-kewajiban itu akan bertumpuk dan menindih tubuhnya. Ketika itu ia akan dipaksa untuk menyelesaikan semuanya, sementara waktu yang ia miliki sangat terbatas. Ketika itulah biasanya ia baru sadar mengapa ia tidak menunaikan kewajiban-kewajiban itu pada waktu-waktu luang yang sebelumnya ia miliki. Ketika itulah ia akan menyesal mengapa ia suka menunda-nunda segala sesuatu atau mengapa ia tidak mampu merencanakan segala sesuatunya dengan lebih baik.
Jika begini, masihkah kita suka menyia-nyiakan waktu kita?
Atau masihkah kita suka menunda-nunda segala sesuatu?
0 komentar:
Posting Komentar